Antara Ridho Alloh Yang Maha Mulia dengan Ridho Sang Bunda Tercinta

Tiba-tiba ada seorang wanita yang berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, pergilah kepada susu itu, dan campurlah dengan air!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, apakah engkau tidak
mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh Amirul Mukminin, pada hari
ini?”
Anak itu menjawab, “Sesungguhnya beliau telah memerintahkan seorang
penyerunya, lalu dia menyerukan bahwasanya susu tidak boleh dicampur
dengan air.”
Sang ibu menjawab, “Wahai anakku, pergilah kepada susu itu dan
campurlah dengan air! Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang
mana ‘Umar tidak melihatmu, demikian juga penyerunya tidak melihatmu!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, Demi Alloh, tidaklah aku
menaatinya di hadapan khalayak ramai, lalu aku durhaka kepadanya ketika
sedang menyendiri.”
Ketika pagi hari, beliau berkata, “Wahai
Aslam, berlalulah menuju kepada tempat itu! Lihatlah siapakah wanita
yang mengatakan itu! Dan siapakah wanita yang diajak bicara itu, apakah
dia telah memiliki suami?”
Lalu akupun (yaitu Aslam) mendatangi tempat tersebut dan melihatnya, ternyata dia adalah seorang wanita ayyim yang tidak memiliki suami, dan wanita itu adalah ibunya, dan keduanya tidak memiliki suami.
Lalu aku mendatangi ‘Umar bin Khothtob dan memberitahukan tentang hal
tersebut. Lalu ‘Umar memanggil anak laki-lakinya, dan mengumpulkan
mereka.
‘Umar berkata, “Apakah di antara kalian ada yang membutuhkan seorang
wanita sehingga aku akan menikahkannya dengannya? Sekiranya ayah kalian
membutuhkan wanita, tentu tidak ada seorangpun di antara kalian yang
dapat mendahuluinya untuk mendapatkan wanita itu!”
Lalu beliau mengutus kepada wanita tersebut, dan menikahkannya dengan
‘Ashim, lalu dari ‘Ashim tersebut melahirkan seorang anak perempuan,
lalu wanita tersebut melahirkan seorang anak perempuan, dan anak
perempuan ini melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rohimahulloh.
Kemudian Imam Ibnul Jauzi mengomentari tentang kebenaran riwayat
tersebut dengan mengatakan, “Demikianlah yang ada dalam riwayat
al-Ajurri, aku tidak tahu, dari siapakah kesalahannya. Yang benar adalah
“Wanita itu melahirkan seorang anak perempuan, lalu ia melahirkan ‘Umar
bin ‘Abdul ‘Aziz. Demikianlah para ulama menisbatkannya, sebagaimana
telah kami sebutkan dari Muhammad bin Sa’ad dan lain-lain.”
(Siroh wa Manaqib ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Kholifah az-Zaahid, hal. 10-11, karya Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H), ta’liq dan syarah (dikomentari dan dikoreksi) oleh Nu’aum Zarzur, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet, 1, 1404/1984).
Majalah Adz Dzakhiirah Edisi 71 Vol. 09 No. 05 1432 H / 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar